Oleh: Susi Rio Panjaitan
Rasa percaya diri mengacu pada keyakinan individu terhadap kemampuan dirinya. Individu yakin bahwa ia mampu mengatasi tantangan, mencapai tujuan, atau bertahan dalam situasi yang sulit karena memiliki kapasitas tertentu. Rasa percaya diri tidak semata-mata yakin pada kemampuan diri sendiri, tetapi juga menyadari dan menerima keterbatasan diri. Rasa percaya diri yang sehat memberikan banyak manfaat bagi individu, antara lain: membantu mengurangi ketakutan dan kecemasan dalam menghadapi tantangan atau situasi baru; lebih produktif karena merasa mampu menyelesaikan tugas dengan baik; berkontribusi pada kesejahteraan emosional, mengurangi risiko depresi dan kecemasan; membantu dalam berinteraksi dan membangun hubungan yang positif dengan orang lain; membuat individu mampu mengambil keputusan yang tepat karena percaya pada kemampuan dan penilaian diri sendiri; dapat meningkatkan kinerja akademis atau profesional karena individu merasa mampu menghadapi tuntutan dan tantangan dalam bidangnya; membuat individu lebih termotivasi untuk menetapkan dan mencapai tujuan hidup dan karier; membantu individu untuk mengatasi kegagalan dengan lebih baik, dan melihatnya sebagai peluang untuk belajar dan bertumbuh; merupakan fondasi yang kuat untuk tumbuh dan berkembang; membantu individu untuk berani mengambil risiko yang sehat; serta dapat meningkatkan kualitas hidup individu karena menjadi fondasi yang kokoh dalam menjalani kehidupan dengan lebih optimis dan efektif. Rasa percaya diri penting untuk ditumbuhkan pada individu sejak dini karena merupakan investasi penting dalam perkembangan pribadi dan kesejahteraan individu di masa depan.
Dalam perspektif Kristen, rasa percaya diri dapat dipahami dengan melihat apa yang Tuhan katakan, sebagaimana tertulis dalam Alkitab. Rasa percaya diri dalam iman Kristen dilihat dari sudut pandang yang mencakup keyakinan terhadap identitas dan kemampuan yang diberikan Tuhan kepada setiap individu. Dalam Alkitab tertulis ajaran yang mengajarkan bahwa identitas sejati orang Kristen ditemukan dalam Kristus. Sebagai anak-anak Allah yang ditebus oleh Yesus Kristus, kita memiliki nilai dan martabat yang tinggi (Yohanes 1:12 dan 2 Korintus 5:17). Ajaran Kristen menekankan pentingnya memiliki kepercayaan yang kokoh pada Allah. Kita dipanggil untuk bergantung sepenuhnya pada kuasa dan rencana Allah dalam hidup mereka (Mazmur 37:5 dan Amsal 3:5-6). Kita juga diajarkan bahwa Roh Kudus memberdayakan orang yang percaya kepada Allah untuk hidup sesuai dengan kehendak Allah dan melayani sesuai dengan karunia yang diberikan-Nya kepada masing-masing individu (Kisah Para Rasul 1:8 dan 1 Korintus 12:4-11).
Orang yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus didorong untuk hidup dengan ketekunan dan keberanian menghadapi berbagai tantangan. Ini didasarkan pada keyakinan bahwa Allah memberi kekuatan kepada mereka yang mengandalkan-Nya (Yosua 1:9 dan Filipi 4:13). Dalam Alkitab dituliskan bahwa dalam Kristus, kita diberi pengampunan dan pemulihan yang membuat kita mampu untuk melangkah maju, dan keluar dari masa lalu yang penuh dengan kegagalan (Mikha 7:18-19 dan 2 Korintus 5:17). Kasih Allah yang sempurna memberi kepercayaan diri yang sejati. Ketika kita menyadari betapa Allah mengasihi kita, kita dapat hidup dengan kepercayaan dan keberanian yang berakar dalam kasih-Nya (Roma 8:38-39) dan Efesus 3:17-19). Dalam Alkitab juga tertulis ajaran yang mengajarkan pentingnya mencari kehendak Allah dalam setiap aspek kehidupan. Melalui doa, membaca Firman-Nya, dan ketaatan kepada-Nya, kita dapat menemukan jalan hidup yang sesuai dengan rencana-Nya (Mazmur 119:105; Yakobus 1:5). Jadi jelas, perspektif Alkitab tentang rasa percaya diri menyiratkan keyakinan pada identitas kita dalam Kristus, kepercayaan pada kuasa dan rencana Allah, serta pengakuan akan kemampuan yang diberikan melalui Roh Kudus. Ini membentuk rasa percaya diri yang sehat, yang tidak bergantung pada kemampuan manusia sendiri, tetapi bergantung pada kuasa dan kasih Allah yang abadi.
Dalam Alkitab terdapat kisah tentang beberapa tokoh yang menghadapi masalah dengan rasa percaya diri, seperti Musa, Yeremia, dan Gideon. Ketika dipanggil oleh Allah untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, Musa awalnya meragukan kemampuannya dan bahkan merasa tidak layak untuk tugas itu (Keluaran 3:11; 4:10). Dia khawatir tentang kemampuannya berbicara dan menjadi juru bicara. Yeremia adalah seorang nabi yang merasa tidak mampu untuk menjadi juru bicara Allah karena dia masih muda (Yeremia 1:6). Gideon awalnya meragukan panggilan Allah untuk mengalahkan orang Midian, dan dia merasa tidak cukup kuat atau layak untuk tugas itu (Hakim-hakim 6:15). Alkitab menunjukkan bahwa bahkan orang-orang besar dalam iman bisa ketakutan dan tidak percaya diri. Namun, dengan bimbingan dan kuasa Allah, mereka mampu mengatasi rasa tidak percaya diri dan dapat melakukan pekerjaan yang Allah berikan kepada mereka.
Untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang sehat pada anak, pengajaran Alkitab harus menjadi landasan utama. Mengajarkan nilai-nilai, identitas anak di hadapan Allah, dan status hubungan antara anak dan Allah adalah hal yang penting . Setiap anak diciptakan menurut gambar Allah (Kejadian 1:27). Ini berarti bahwa setiap anak memiliki nilai dan martabat yang diberikan oleh Allah. Dengan memahami bahwa ia adalah ciptaan Allah yang istimewa dan berharga, anak dapat mengembangkan rasa percaya diri yang sehat. Dalam Alkitab juga diajarkan bahwa orang percaya adalah anak-anak Allah yang ditebus oleh Yesus Kristus (Yohanes 1:12). Anak yang memahami bahwa ia adalah bagian dari keluarga Allah dan memiliki hubungan yang istimewa dengan Allah, akan merasa lebih bermartabat dan dihargai.
Selain itu, pengajaran Alkitab dapat memotivasi anak untuk hidup dengan ketekunan dan keberanian. Ketika anak belajar dari contoh-contoh dalam Alkitab tentang bagaimana menghadapi rintangan dan tantangan dengan keyakinan kepada Allah, anak akan merasa lebih percaya diri dalam menghadapi kehidupan sehari-hari. Alkitab penuh dengan tulisan yang berisi kasih dan rahmat Allah. Apabila anak memahami betapa Allah mengasihinya, ia akan merasa diterima dan dicintai. Ini memberi anak rasa percaya diri yang kuat untuk bertumbuh dan berkembang. Selain itu, Alkitab juga mengajarkan bahwa setiap anak memiliki karunia atau bakat yang diberikan oleh Allah (1 Korintus 12:4-11). Melalui pengajaran Alkitab, anak dapat menemukan dan mengembangkan karunia yang diberikan Allah kepadanya. Ini akan membuat anak menjadi percaya diri karena tahu bahwa ia memiliki nilai dan kontribusi unik dalam kerajaan Allah.
Alkitab memberikan pedoman dan prinsip hidup yang benar. Ketika anak dibimbing dalam firman Allah dan menerapkan kebenaran tersebut dalam kehidupan sehari-hari, anak akan menjadi lebih percaya diri karena tahu ia berada di jalur yang benar dan dilindungi oleh Allah. Pengajaran Alkitab mengajarkan anak-anak untuk berdoa dan bergantung sepenuhnya pada Allah dalam segala hal (Filipi 4:6). Ketika anak belajar untuk mempercayakan kehidupannya kepada Allah, rasa percaya diri anak akan tumbuh, dan menyadari bahwa Allah adalah sumber kekuatan dan bimbingan dalam hidupnya.
Dari jabaran di atas dapat dilihat bahwa mengajarkan pada anak apa yang tertulis dalam Alkitab akan menumbuhkan rasa percaya diri yang sehat pada anak. Oleh sebab itu, penting untuk mengajar anak tentang hal tersebut. Berikut adalah strategi yang dapat dipakai untuk menyampaikan pengajaran Alkitab kepada anak guna menumbuhkan rasa percaya dirinya.
Ajarkan Identitas dalam Kristus
Fokuskan pengajaran pada identitas anak sebagai ciptaan Allah yang istimewa dan sebagai bagian dari keluarga Allah melalui Yesus Kristus. Perkuat keyakinannya bahwa ia adalah anak yang dihargai dan dicintai oleh Allah.
Berikan Contoh dari Tokoh Alkitab
Ceritakan kisah tentang tokoh-tokoh dalam Alkitab yang dipercayai Allah dan melakukan hal-hal besar karena iman mereka kepada Allah. Ajar anak untuk mengambil inspirasi dari contoh-contoh ini dan mempercayai Allah dalam kehidupannya sehari-hari.
Ceritakan tentang Kasih Allah
Tekankan kasih dan rahmat Allah dalam setiap pengajaran. Jelaskan kepada anak betapa Allah mengasihinya tanpa syarat dan bahwa kasih-Nya adalah dasar dari identitas dan martabat anak.
Dorong Keaktifan Anak
Ajak anak untuk aktif terlibat dalam pembelajaran Alkitab dengan bertanya, berdiskusi, dan mengajukan pertanyaan. Berikan kesempatan kepada anak untuk menyatakan pemikiran dan pemahamannya terhadap konsep-konsep Alkitab.
Gunakan Ayat Hafalan
Ajar anak untuk menghafal dan mengaplikasikan ayat-ayat Alkitab yang menguatkan rasa percaya diri dan kepercayaan kepada Allah. Contohnya, ayat-ayat tentang kekuatan dalam Kristus (Filipi 4:13) atau tentang kasih Allah yang tak tergantikan (Roma 8:38-39).
Berdoa Bersama
Ajar anak tentang pentingnya berdoa dan bergantung kepada Allah. Ajak anak untuk berdoa bersama dan mendoakan kebutuhan dan harapan mereka kepada Allah. Doa dapat menjadi sarana untuk membangun rasa percaya diri anak dengan keyakinan bahwa Allah mendengarkan dan memperhatikannya.
Membangun Lingkungan yang Kondusif
Bangun lingkungan atau komunitas di rumah, sekolah, gereja atau Sekolah Minggu yang mendukung pertumbuhan rohani dan emosional anak. Berikan dukungan dan penerimaan yang positif agar anak merasa didukung dalam perjalanannya mengenal Allah dan diri sendiri.
Memberikan Apresiasi
Berikan apresiasi yang tepat kepada anak ketika ia menunjukkan tanda-tanda percaya diri dan keberanian dalam iman kepada Tuhan Yesus Kritus. Berikan pujian yang membangun dan dorongan positif untuk membantu anak melangkah dengan keyakinan.
Menjadi Teladan
Anak lebih mudah belajar dengan cara meniru apa yang ia lihat dan dengar dari orangtuanya. Itulah sebabnya, orangtua harus dapat menunjukkan rasa percaya diri dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus.
Dengan mengimplementasikan strategi ini secara konsisten dan penuh kasih, kita dapat membantu anak-anak untuk membangun rasa percaya diri yang kokoh dan berakar pada nilai-nilai rohani yang didasarkan pada pengajaran Alkitab. (SRP)