MERAWAT KESEHATAN MENTAL PEREMPUAN KRISTEN

Bagikan:

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Kesehatan mental adalah frasa yang digunakan yang merujuk pada kondisi kesejahteraan emosional, psikologis, dan sosial individu. Ini mencakup bagaimana individu berpikir, merasa, dan berperilaku, serta bagaimana ia menangani stres, berhubungan dengan orang lain, dan membuat keputusan. Kesehatan mental tidak hanya berarti ketiadaan gangguan mental, tetapi juga mencakup kemampuan untuk menikmati hidup, mencapai keseimbangan emosional, dan menghadapi tantangan sehari-hari secara efektif. Mental yang sehat merujuk pada keadaan dimana individu dapat berfungsi dengan baik secara emosional, psikologis, dan sosial. Individu yang memiliki  mental yang sehat biasanya memiliki kemampuan untuk mengatasi stres, dapat bekerja secara produktif, serta berkontribusi positif kepada komunitasnya. Ia juga memahami perasaan dan emosinya, mampu memberi respon yang efektif terhadap situasi tertentu, mampu membangun dan mempertahankan hubungan yang positif dan suportif dengan orang lain, mampu menghadapi tantangan dan tekanan hidup dengan cara yang konstruktif dan positif, memandang hidup dengan sikap positif, mampu menemukan harapan dan tujuan dalam situasi sulit, mampu mengekspresikan emosi dengan cara yang tepat dan mengendalikan emosi negatif, mampu beradaptasi dengan perubahan dan menghadapi ketidakpastian dengan terbuka, serta mampu menjaga keseimbangan antara pekerjaan, kehidupan pribadi, dan waktu untuk diri sendiri. Mental yang sehat sama pentingnya dengan tubuh yang sehat karena kondisi kesehatan mental individu memengaruhi seluruh aspek kehidupannya dan juga berdampak pada orang-orang di sekitarnya. Itulah sebabnya setiap orang perlu merawat kesehatan mentalnya, termasuk perempuan-perempuan Kristen.

Dalam hidupnya, perempuan Kristen memiliki banyak peran sekaligus, yaitu peran sebagai anak perempuan, saudara perempuan, istri, ibu, menantu, mertua, nenek, ibu rumah tangga, ipar, pekerja, pengusaha/pebisnis, pelayan di gereja, dan lain-lain. Bahkan, banyak perempuan Kristen yang memiliki peran tambahan yang khusus, yakni karena status suami mereka, misalnya istri pendeta, istri polisi (ibu bhayangkari), istri tentara (ibu PERSIT (Persatuan Istri Tentara)), dan lain-lain. Dalam berbagai peran tersebut, ada tugas sekaligus tanggung jawab yang ditaruh di pundak perempuan Kristen. Mereka dituntut untuk selalu sopan, manis, cantik, elok berperilaku, ramah, cerdas, beriman, dan berhikmat. Jika perempuan Kristen tidak mampu merespon peran dengan segala tugas dan tanggung jawabnya dengan tepat, maka hal ini dapat menimbulkan stres bahkan depresi pada mereka.

Selain itu, ada hal-hal lain yang dapat berpengaruh negatif terhadap kondisi kesehatan mental perempuan Kristen. Misalnya: terkait dengan kondisi keluarga seperti suami, anak-anak, mertua, ipar, menantu, orang tua, saudara, atau keluarga besar; kepribadian dan riwayat kesehatan fisik dan mentalnya; kondisi lingkungan; serta pengaruh negatif paparan teknologi digital. Itulah sebabnya, dapat dikatakan bahwa perempuan Kristen berisiko mengalami masalah kesehatan mental. Ada beberapa tanda yang dapat menunjukkan bahwa seorang perempuan sedang mengalami masalah kesehatan mental sehingga  perlu diwaspadai, antara lain:  1) Perubahan dalam ibadah dan hubungan dengan Tuhan.  Individu kehilangan minat atau motivasi dalam berdoa, membaca Alkitab, atau beribadah. Ia merasa jauh dari Tuhan, dan merasa bahwa doa-doanya tidak didengar, serta mengalami perasaan bersalah yang berlebihan terkait dengan dosa. 2) Memiliki perasaan sedih atau cemas secara terus-menerus tanpa alasan yang jelas, dan mengalami serangan panik atau kecemasan yang parah. Hal ini berdampak buruk pada aktivitas individu sehari-hari. 3) Kelelahan emosional dan fisik, tidak memiliki energi, mengalami kelelahan yang tidak biasa meskipun sudah cukup beristirahat, dan mengalami gangguan tidur seperti insomnia atau tidur berlebihan. 4) Melakukan isolasi sosial. Individu menarik diri dari komunitas gereja atau hubungan sosial lainnya. Ia menghindari pertemuan dengan keluarga, teman, atau saudara seiman. 5) Terjadi perubahan dalam pola pikir dan perilaku, dimana individu kesulitan dalam berkonsentrasi, kesulitan dalam membuat keputusan, dan sulit mengingat hal-hal yang penting. Mengalami perubahan drastis dalam pola makan atau berat badan, serta memiliki pikiran negatif yang berulang-ulang, seperti perasaan tidak berharga atau tidak ada harapan. 6) Mengalami gejala fisik yang tidak dapat dijelaskan, seperti sakit kepala, nyeri tubuh, atau gangguan pencernaan. Hal ini biasaya muncul  akibat stres atau kecemasan. 7) Merasa terjebak dalam situasi yang tidak ada jalan keluarnya, mengalami perasaan putus asa yang mendalam, serta memiliki pikiran untuk bunuh diri atau melukai diri sendiri. 8) Terjadi perubahan dalam relasi dengan orang lain. Individu mengalami masalah dalam hubungan dengan pasangan, anak-anak, atau orang-orang di sekitarnya.

Jadi jelas, status kesehatan mental yang buruk pada perempuan Kristen merugikan perempuan tersebut, keluarga dan lingkungannya. Sebaliknya, jika seorang perempuan Kristen memiliki status kesehatan mental yang baik, maka akan terjadi keseimbangan antara kebutuhan emosional dan spiritual sehingga ia dapat menjalani hidup yang optimal dan bermakna, sesuai dengan ajaran iman Kristen. Kesehatan mental yang baik juga membuat perempuan Kristen mampu membangun hubungan yang sehat dengan keluarga, teman, dan komunitas gereja. Ia akan mampu memberikan dukungan dan mengasihi orang lain. Status kesehatan mental yang baik akan membuat perempuan Kristen mampu menghadapi tantangan hidup. Hal ini membuat mereka tetap teguh dalam iman dan mampu mengatasi kesulitan dengan lebih efektif. Ketika kesehatan mentalnya terjaga, perempuan Kristen dapat lebih fokus dan berdedikasi dalam pelayanan dan peran mereka di gereja dan masyarakat. Hal ini membuat mereka dapat menjalankan panggilan hidup dengan lebih baik. Dengan menjaga kesehatan mental, perempuan Kristen dapat menjadi contoh yang baik bagi orang lain. Kesehatan mental yang baik memungkinkan perempuan Kristen untuk lebih mudah menerima diri sendiri dan orang lain, serta mampu mengampuni dan mengasihi sebagaimana yang diajarkan dalam iman Kristen. Selain itu, kesehatan mental berdampak langsung pada kesehatan fisik. Dengan menjaga kesehatan mental, perempuan Kristen mendukung kesehatan tubuh/fisiknya secara keseluruhan, sehingga membuat hidup mereka lebih produktif. Oleh karena itu, perempuan Kristen perlu merawat kesehatan mentalnya.

Dalam merawat kesehatan mental perempuan Kristen diperlukan pendekatan yang memadukan pendekatan rohani dan praktik-praktik merawat kesehatan secara umum. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan, antara lain:

Menjaga Hubungan yang Dekat dengan Tuhan

Mengambil waktu setiap hari untuk berdoa dan membaca Alkitab dapat memberikan ketenangan batin dan mengurangi stres. Membawa kekhawatiran dan beban kepada Tuhan melalui doa akan memberikan rasa damai. Membaca dan merenungkan Firman Tuhan secara teratur membantu memperkuat iman dan memberikan perspektif yang lebih baik dalam menghadapi tantangan hidup.

Terlibat Aktif dalam Komunitas Gereja

Dengan berpartisipasi aktif dalam ibadah mingguan dan kegiatan gereja lainnya dapat membuat individu mendapatkan dukungan emosional dan spiritual dari komunitas saudara seiman. Itulah sebabnya, bergabung dengan kelompok doa atau kelompok Pendalaman Alkitab (PA) Perempuan di gereja merupakan  pilihan yang baik agar perempuan Kristen dapat berbagi beban dan mendapatkan dukungan moral dan spiritual dari orang-orang yang tepat.

Manajemen Stres

Perempuan Kristen perlu mengatur dirinya untuk tidak terlalu membebani diri dengan tanggung jawab yang berlebihan. Jka mengalami tekanan atau stres, tidak perlu “curhat” di media sosial. Tenangkan diri, atur pernafasan, dan berdoalah! Cari orang yang dapat dipercaya untuk tempat “curhat”! Hindari untuk melakukan tindakan berisiko ketika stres, seperti: kebut-kebutan, mengkonsumsi narkoba, mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan seks dengan orang yang bukan suami sendiri, atau melakukan perilaku seksual yang tidak benar lainnya! Jangan melakukan tindakan vandalisme, menyakiti diri sendiri atau orang lain sebagai pelampiasan emosi! Hal-hal tersebut tidak akan membuat keadaan membaik. Sebaliknya, akan menambah masalah dan menimbulkan stres baru yang tidak penting dan lebih berat.

Mengembangkan Keterampilan Menyelesaikan Masalah

Hidup ini memang akan selalu diwarnai oleh berbagai masalah. Oleh karena itu, perempuan Kristen perlu memiliki keterampilan menyelesaikan masalah. Belajarlah tenang dalam menghadapi masalah, sehingga mampu melihat masalah dengan objektif, mampu melihat akar permasalahan, dan mampu melihat berbagai alternatif solusi guna menyelesaikan masalah.

Mengembangkan Sikap Bersyukur

Sikap bersyukur adalah energi positif yang kuat, yang dapat membuat orang mampu melihat hal-hal yang positif, baik, dan berguna dalam setiap situasi dan persoalan.   Sikap syukur dapar dilakukan dengan cara membuat jurnal harian (tertulis) yang berisi hal-hal yang patut disyukuri sepanjang hari tersebut. Hal ini dapat menolong perempuan Kristen untuk meningkatkan pandangan positif dan bersikap positif terhadap kehidupan. Mengucapkan syukur atas berkat-berkat dalam hidup sehari-hari, walaupun berkat-berkat tersebut tampak kecil,  dapat mengurangi perasaan cemas serta meningkatkan sukacita dan damai sejahtera.

Membangun Relasi yang Sehat

Relasi yang sehat berdampak positif terhadap status kesehatan mental. Oleh karena itu, penting bagi perempuan Kristen untuk membangun relasi yang sehat dengan pasangan dan keluarga. Relasi yang sehat dengan  teman-teman juga harus dibangun, baik teman sesama perempuan, maupun teman lawan jenis. Semua relasi harus dibangun dengan sehat, positif, dan benar, sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Perempuan Kristen tidak boleh terlibat dalam relasi yang melanggar Firman Tuhan, misalnya relasi romantis dengan suami orang, atau relasi romantis dengan laki-laki lain, padahal dirinya sudah bersuami. Ada yang disebut dengan “toxic relationship”, yakni relasi yang tidak sehat dan berbahaya layaknya racun. Misalnya: relasi dengan orang-orang yang pro terhadap perilaku-perilaku yang melanggar Firman Tuhan, atau suka menyakiti dan mengintimidasi. Terhadap relasi yang seperti ini, perempuan Kristen perlu berpikir ulang dan melakukan evaluasi. Demi merawat kesehatan mental, tidak salah keluar dengan damai sejahtera dari toxic relationship.

Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Asertif

Komunikasi asertif adalah komunikasi dimana individu mampu menyampaikan pikiran, perasaan, pendapat atau keinginannya dengan tepat, dengan tetap menjunjung tinggi hak orang lain, serta menaruh hormat terhadap orang lain. Dalam komunikasi asertif ada kebesaran jiwa ketika pendapat atau ide yang disampaikan ditolak oleh orang lain. Perempuan Kristen perlu mengembangkan keterampilan komunikasi asertif. Katakan iya jika iya, katakan tidak jika tidak, katakan tidak mau jika tidak mau, katakan suka jika suka. Sampaikanlah semua itu dengan cara yang benar, penuh rasa hormat kepada orang lain, dan menjunjung tinggi hak-hak orang lain.

Mencintai Diri Sendiri

Cintailah diri sendiri! Terima diri sendiri secara utuh, perlakukan diri sendiri dengan baik, dan jangan terlalu membanding-bandingkan diri sendiri dengan orang lain! Setiap individu unik, spesial dan berharga. Jangan menyakiti dan merusak diri sendiri dengan hal-hal yang tidak berguna atau berbahaya! Belajarlah melihat dan mengembang potensi, keunikan, keistimewaan, atau talenta yang Allah berikan! Pakailah semua itu untuk hal-hal yang benar, berguna, serta dapat membangun diri sendri dan orang lain!

Bijaksana dalam Ber-gadget dan Bermedia Sosial

Hidup di era digital membuat perempuan Kristen tidak dapat dan tidak boleh menghindar dari gadget dan media sosial. Akan tetapi, gadget dan media sosial tersebut harus digunakan dengan bijaksana. Tidak perlu semua yang ada di media sosial direspon atau dikomentari, dan tidak perlu semua yang ditawarkan di sana diterima! Perempuan Kristen harus bijaksana. Selektiflah dalam memilih mana yang perlu dibagikan di media sosial, mana yang perlu direspon, mana yang harus diabaikan, dan mana yang harus dibuang! Nilai-nilai Kristen yang tertulis dalam Alkitab harus menjadi “batu uji”. Filterlah semua yang tersaji di media sosial dan media lainnya dengan Firman Tuhan. Abaikan, bahkan buang semua hal yang bertentangan dengan Firman Tuhan.

Mengendalikan Pikiran

Ada orang yang susah hati karena pikirannya sendiri. Ia memikirkan apa yang tidak perlu dipikirkan, atau berpikir terlalu berlebihan (overthinking). Dalam Roma 12:3 tertulis: “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu:  Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing.” Selain itu, dalam Filipi 4:8 ada tertulis: “Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu.”  Perempuan Kristen yang mampu mengendalikan pikirannya akan memiliki status kesehatan mental yang baik.

Menjaga Hati

Dalam Amsal 4:23 ditulis: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan.” Jangan simpan amarah, kebencian, dendam, curiga dan iri hati (penyakit hati)! Jangan biarkan hati dikuasai kekuatiran dan ketakutan!

Menerapkan Pola Hidup Sehat

“Mens sana in corpore sano.” Artinya, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat. Kesehatan raga berpengaruh besar pada kesehatan jiwa seseorang. Individu yang sehat akan lebih bersemangat menghadapi kegiatan sehari-hari dibanding seseorang yang kurang sehat. Perempuan Kristen perlu memperhatikan hal ini. Adalah baik mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat, dengan porsi yang dibutuhkan oleh tubuh. Paparan sinar matahari pagi, olahraga, istirahat yang cukup (tidak begadang), tidak merokok, tidak mengkonsumi alkohol, dan tidak mengkonsumsi narkoba, adalah beberapa hal yang direkomendasikan guna merawat kesehatan fisik dan mental.

Menolong Orang Lain

Dengan menolong orang lain hidup kita menjadi berguna bagi orang lain. Merasa diri berguna adalah hal yang  baik untuk kesehatan mental. Banyak orang menjadi depresi dan enggan melanjutkan hidup sehingga melakukan upaya-upaya bunuh diri karena merasa hidupnya tidak berguna. Itulah sebabnya, perempuan Kristen perlu mengembangkan gaya hidup suka menolong orang lain.

Jangan Malu Mencari Pertolongan

Mengalami masalah kesehatan mental adalah hal yang dapat dipahami, sama halnya dengan memahami masalah kesehatan fisik/raga. Jika masalah kesehatan fisik perlu dirawat dan diobati, demikian juga halnya dengan kesehatan mental. Oleh karena itu, jika seorang perempuan Kristen mengalami masalah kesehatan mental, maka ia tidak perlu ragu atau malu untuk mencari pertolongan kepada ahli atau profesional. Konselor profesional atau praktisi kesehatan mental profesional (misalnya psikolog klinis atau dokter spesialis kesehatan jiwa (psikiater)) adalah para profesional dalam bidang kesehatan mental yang layanannya dapat dijadikan rujukan.

Kesehatan mental harus dirawat. Gangguan kesehatan mental dapat dicegah dan diobati. Kiranya damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, memelihara hati dan pikiran semua perempuan Kristen dalam Kristus Yesus.  (SRP)