MENGAJAR DI KELAS SEKOLAH MINGGU DENGAN EFEKTIF

Bagikan:

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Kelas sekolah minggu adalah kelas yang unik. Kelas ini tidak seperti kelas-kelas lain yang ada di sekolah regular. Keunikan ini muncul karena beberapa faktor. Pertama, anak-anak di kelas-kelas sekolah minggu tidak terdiri dari satu jenjang sekolah tertentu sebagaimana halnya di kelas pada sekolah regular. Anak-anak di kelas-kelas sekolah minggu biasanya terdiri dari sekelompok anak yang rentang usianya tidak terlalu jauh. Misalnya anak pra sekolah dimasukkan dalam satu kelas, anak kelas 1 – 3 SD dimasukkan dalam satu kelas, dan anak kelas 4 – 5 SD dimasukkan dalam satu kelas. Ada juga yang membuatnya lebih dekat, misalnya kelas 1 dan kelas 2 SD sekelas, kelas 3 dan 4 SD sekelas, serta kelas 5 dan 6 SD sekelas. Akan tetapi, ada juga yang membuat kelas berisi anak-anak dengan rentang usia yang lebih jauh. Misalnya, anak yang belum sekolah dimasukkan dalam satu kelas, anak SD dimasukkan dalam satu atau dua kelas. Hal ini biasanya terjadi karena jumlah anak sekolah minggu yang tidak terlalu banyak, atau jumlah guru sekolah minggu sedikit dan tidak seimbang dengan jumlah anak sekolah minggu. Kedua, dalam kelas sekolah minggu karakteristik dan kemampuan anak beragam. Bahkan, ada juga di dalam kelas-kelas tersebut anak-anak berkebutuhan khusus. Ketiga, frekuensi dan durasi pembelajaran di sekolah minggu  relatif pendek. Pada umumnya, gereja menyelenggarakan kelas sekolah minggu hanya satu minggu sekali, yakni di hari Minggu, dengan durasi 1 jam atau 1,5 jam. Keempat, guru-guru yang mengajar di sekolah minggu pada umumnya tidak memiliki latar belakang pendidikan formal dari fakultas pendidikan, melainkan berlatar belakang pendidikan yang beragam. Ini terjadi karena umumnya gereja tidak mencantumkan latar belakang pendidikan formal tertentu sebagai syarat untuk menjadi guru sekolah minggu.

Walaupun demikian, pelayanan di sekolah minggu harus diberikan dengan benar-benar baik. Tujuannya adalah agar anak-anak bersukacita dalam mengikuti pembelajaran di sekolah minggu dan tujuan pelayanan tercapai. Dengan demikian, anak-anak sekolah minggu akan mendapatkan pemahaman yang baik tentang nilai-nilai iman Kristiani, dapat menghayati nilai-nilai tersebut, bertumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus, dan berkarakter Kristen sejati.  Oleh karena itu, mengajar di sekolah minggu perlu dilakukan dengan menggunakan metode yang efektif. Agar dapat mengajar di kelas sekolah minggu dengan efektif diperlukan ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain sebagai berikut:

Menggunakan Materi Ajar yang Tepat

Materi ajar adalah materi yang akan diajarkan kepada anak-anak sekolah minggu. Materi ajar adalah salah satu faktor penentu efektif atau tidaknya seorang guru mengajar. Itulah sebabnya, seorang guru sekolah minggu harus mempersiapkan materi ajar dengan baik. Guru dapat menggunakan topik yang sudah disiapkan oleh gereja. Jika gereja tidak menyiapkan topik tertentu untuk jemaat yang berusia anak atau sekolah minggu, maka guru sekolah minggu dapat menentukan sendiri topik yang akan disampaikan di kelas sekolah minggu. Perlu dipastikan bahwa topik tersebut dapat dipahami oleh semua anak dalam suatu kelas, mengingat dalam satu kelas kemungkinan terdiri dari anak-anak dengan usia, latar belakang pendidikan, dan kemampuan yang beragam. Pilihlah ayat atau kisah dalam Alkitab yang relevan dengan topik tersebut. Atau, dapat juga dengan cara memlih terlebih dahulu suatu kisah dalam Alkitab, lalu memilih topik apa yang bisa diajarkan kepada anak-anak melalui kisah tersebut. Misalnya: mengajarkan tentang rajin berdoa dari kisah Hana, mengajarkan tentang mau berbagi dari kisah Yesus memberi makan lima ribu orang, atau mengajarkan untuk selalu semangat dan tidak mudah menyerah dari kisah Zakheus. Jika anak sekolah minggu yang ada di suatu kelas sangat besar rentang usianya, misalnya mulai dari balita hingga pra remaja, maka pilihlah topik yang bisa dipahami oleh anak yang paling kecil. Walaupun menggabungkan anak-anak dari rentang usia sangat jauh tidak efektif, tetapi dalam kondisi tertentu di mana semua anak harus digabung, strategi ini paling efektif. Anak yang lebih besar akan lebih mudah memahami topik yang disampaikan untuk anak yang lebih kecil, tetapi anak yang lebih kecil akan kesulitan dalam memahami topik untuk anak yang lebih besar. Contoh: mudah bagi anak pra remaja memahami topik tentang rajin berdoa, tetapi anak pra sekolah akan mengalami kesulitan dalam memahami topik tentang perzinahan. Semua bahan ajar harus berasal dari Alkitab. Alkitab harus menjadi referensi pertama dan utama bagi guru sekolah dalam mempersiapkan bahan ajar.

Menggunakan Metode Mengajar yang Tepat

Setelah menetapkan bahan ajar, guru sekolah minggu perlu untuk memilih metode mengajar yang akan dipakai dalam menyampai bahan ajar tersebut. Selain cocok dengan topik, metode yang dipilih harus sesuai dengan usia, perkembangan, dan karakteristik anak dalam suatu kelas. Sama halnya dengan bahan ajar, metode mengajar yang dipilih harus dapat diterapkan pada semua anak di kelas. Contoh: metode diskusi kelompok tepat jika digunakan pada kelas anak pra remaja, tetapi tidak tepat jika  digunakan di kelas anak pra sekolah. Jadi, jika dalam suatu kelas terdapat anak dengan usia yang sangat beragam, maka perlu dipilih metode yang sesuai dengan semua anak. Misalnya: metode bercerita yang dikombinasikan dengan tanya jawab cocok dipakai dalam kelas yang terdiri dari anak dengan usia yang beragam. Contoh lain adalah metode proyek kelompok. Dalam metode proyek kelompok, anak sekolah minggu dibagi dalam beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari anak berbagai usia. Setiap kelompok dipimpin oleh anak yang berusia paling besar. Pemimpin bertugas dan bertanggung jawab memimpin anggota kelompoknya dalam mengejakan proyek kelompok. Metode bermain peran (role play) juga cocok digunakan dalam mengajar kelas dengan usia beragam. Misalnya dalam mengajarkan tentang kisah Daud melawan Goliat. Guru sekolah minggu dapat memimpin anak-anak di kelasnya untuk bermain peran. Anak-anak yang kecil menjadi Daud, anak yang besar menjadi Goliat. Anak-anak lain dibagi menajdi dua kelompok. Satu keompok berperan menjadi orang Israel, dan satu kelompok lagi berperan sebagai tentara Filistin.

Menggunakan Media Pembelajaran yang Tepat

Agar guru sekolah minggu dapat mengajar dengan efektif, maka perlu menggunakan media pembelajaran yang tepat. Media pembelajaran yang tepat adalah media yang dapat membantu anak lebih mudah memahami apa yang diajarkan oleh guru. Gambar, slide power point, video, dan media digital adalah media pembelajaran yang disukai oleh anak-anak. Dapat juga menggunakan benda-benda yang sehari-hari digunakan. Misalnya: untuk  mengajarkan tentang garam dan terang dunia, guru sekolah minggu dapat menggunakan garam dapur, lampu senter, dan bola. Sebelum menentukan dan menyiapkan media pembelajaran, guru sekolah minggu perlu terlebih dahulu mempelajari bahan ajar. Dengan demikian, guru sekolah minggu akan dapat mengetahui apa yang tepat untuk diajdikan sebagai media pembelajaran. Selain media digital, adalah baik dan efektif jika menggunakan benda-benda di sekitar atau benda-benda daur ulang sebagai media pembelajaran.

Memastikan bahwa Guru Sekolah Minggu Benar-benar Siap untuk Mengajar

Guru adalah salah satu faktor penentu dalam kebrhasilan mengajar. Agar dapat mengajar kelas sekolah minggu dengan efektif, maka guru sekolah minggu harus benar-benar siap mengajar. Seorang guru akan siap mengajar jika ia mengenal siapa yang akan ia ajar. Oleh karena itu, guru sekolah minggu perlu mengenal dengan baik setiap anak yang ada di kelasnya. Hal lain yang dapat membuat guru siap mengajar adalah jika ia  menguasai materi ajar dan menguasai metode mengajar dengan baik. Guru yang tidak menguasai bahan ajar akan terbata-bata ketika mengajar atau selalu melihat “contekan”. Ini berpotensi membuat anak menjadi terganggu dan menimbulkan suasana menjadi ricuh. Jika metode mengajar yang dipilih adalah bercerita, maka guru sekolah minggu harus dapat bercerita dengan baik. Itulah sebabnya latihan sangat dibutuhkan. Kesiapan guru juga meliputi kesiapan fisik, penampilan dan mental. Guru yang terlalu lapar, terlalu kenyang, terlalu lelah, atau mengantuk tidak akan dapat mengajar dengan baik.

Kondisi psikologis juga menjadi faktor penentu kesiapan guru dalam mengajar. Guru sekolah minggu perlu memastikan kondisi psikologisnya benar-benar sehat dan stabil sebelum mengajar. Jangan sampai, karena ketidakstabilan emosi membuat guru menjadi tidak efektif mengajar atau menjadi melakukan kekerasan terhadap anak. Kesiapan seorang guru dalam mengajar juga terlihat dari penampilannya, baik pakaian, alas kaki, riasan wajah, maupun asesoris yang ia kenakan. Jangan sampai pakaian, riasan wajah, atau asesoris yang dipakai oleh guru sekolah minggu mengganggu konsentrasi anak. Misalnya: anak menjadi terus memandang anting ibu guru yang bergoyang-goyang sehingga tidak konsentrasi dengan apa yang sedang disampaikan guru. Guru yang mengenakan pakaian terlalu pendek atau terlalu  ketat tentu tidak efektif mengajar, terutama di kelas pra sekolah. Selain memperhitungkan kenyamanan dan keamanan bagi dirinya dan anak-anak sekolah minggu, guru sekolah minggu harus berpakaian dengan standar kepantasan menurut etika Kristen.

Melakukan Manajemen Kelas

Kelas sekolah minggu perlu dikelola agar proses pembelajaran berjalan efektif. Guru harus mempu menguasai kelas. Oleh karena itu, pelu dibuat peraturan kelas, apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan selama jam kelas sekolah minggu. Ada konsekuensi dari setiap ketaatan maupun ketidaktaatan anak. Misalnya: anak yang patuh akan mendapat stiker. Setiap kepatuhan menghasilkan stiker. Stiker-stiker yang terkumpul dapat ditukarkan dengan hadiah tertentu. Ketidaktaatan menimbulkan konsekuensi. Konsekuensi ini harus bersifat mendidik.  Misalnya: karena berisik di kelas, maka konsekuensinya duduk di baris paling depan sendirian. Selain disampaikan secara lisan, peraturan perlu dibuat secara tertulis dengan bentuk yang indah dan ditempelkan di kelas. Ini akan memudahkan anak untuk mengingat peraturan di kelasnya.

Perlu juga dibuat susuan kegiatan kelas beserta waktu dan durasi. Ini menolong guru dalam mengatur kelas dan menolong anak untuk memahami dinamika di kelas. Selain itu, aktivitas yang relevan dengan pembelajaran juga perlu dibuat. Ini berguna untuk membuat anak lebih mudah memahami pembelajaran, senang, bersemangat, dan menstimulasi daya kreatifitas anak. Dekorasi kelas yang menarik posisi duduk anak-anak yang  bervariasi perlu diciptakan. Dekorasi yang unik dan indah dapat dibuat dengan menggunakan bahan-bahan sederhana atau menggunakan karya-karya anak. Menggunakan karya-karya anak dapat membuat mereka merasa senang dan dihargai sehingga termotivasi untuk berkarya.

Menjadi guru sekolah minggu adalah anugerah dan kepercayaan yang luar biasa dari Allah. Oleh karena itu, tugas dan tanggung jawab sebagai guru sekolah minggu harus dikerjakan dengan optimal dan dengan segenap hati, sebagaimana tertulis dalam Kolose 3:23, yang berbunyi: “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia”. Dengan demikian, guru sekolah minggu akan dapat mengajar dengan efektif. (SRP)