BELAJAR MEMBERI

Bagikan:

Loading

Bacaan :    Lukas 21:1-4

“Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima”.

Kisah Para Rasul 20:35

Dari jarak yang tidak terlalu jauh saya memerhatikan apa yang dikerjakan oleh sahabat saya itu. Mereka mengajar anak-anak tentang firman Allah dan menuntun anak-anak datang kepada Tuhan Yesus Kristus. Saya lihat, metode bermain adalah metode yang kerab mereka gunakan dalam mengajar anak-anak sehingga anak-anak bersemangat dan gembira. Sahabat saya ini adalah pasangan suami istri yang mengabdikan diri kepada anak-anak di Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka tidak dapat dikatakan kaya atau berkecukupan. Akan tetapi, dalam keterbatasan mereka, mereka berusaha memberi yang terbaik, terutama untuk anak-anak di NTT. Saya tidak pernah mendengar mereka mengeluh, bersungut-sungut, menyalahkan situasi, menyalahkan orang lain, menyalahkan gereja, apalagi menyalahkan Tuhan. Sepertinya, yang ada di hati dan pikiran mereka adalah bagaimana terus dapat melayani anak-anak, walaupun dalam waktu yang sama mereka masih terus bergumul akan kebutuhan hidup dan kebutuhan pelayanan mereka.

Hari ini, kita belajar hal yang mirip dari seorang janda miskin, yang ditulis dalam Lukas 21:1-6. Dalam kemiskinannya, ia tetap memberi persembahan. Alkitab mengatakan bahwa janda itu memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya. Apa sih yang membuat orang-orang, bahkan orang-orang yang secara sosial ekonomi dapat dikatakan miskin senang memberi? Dalam Kisah Para Rasul 20:35 tertulis:”…..Adalah lebih berbahagia memberi dari pada menerima.”  Ketika kita memberi dengan tulus tanpa paksaan, dan dengan motivasi hati  yang benar, maka pada saat yang sama kita akan merasakan sukacita. Kasih adalah dasar dari sukacita. Dengan memberi kita menunjukkan kasih kita kepada sesama. Kasih yang  diekspresikan melalui memberi dengan tulus akan membuat  hati kita dipenuhi dengan sukacita. Ketika pemberian kita membuat orang lain bersukacita atau berdampak positif bagi kehidupannya, maka kita pun akan bersukacita. Selain itu, dengan memberi  hidup kita berguna bagi orang lain. Menyadari bahwa hidup kita berguna bagi orang lain akan membawa sukacita tersendiri. Mari belajar memberi dengan tulus seperti janda miskin itu!  (SRP)