KAIN PEL YANG BERSIH

Bagikan:

Bacaan : Kisah Para Rasul 9:1-19a

 

“Jika seorang menyucikan dirinya dari hal-hal yang jahat, ia akan menjadi perabot rumah untuk maksud yang mulia, ia dikuduskan, dipandang layak untuk dipakai tuannya dan disediakan untuk setiap pekerjaan yang mulia.”

2 Timotius 2:21

 

Hari itu saya hendak mengepel. Setelah selesai menyapu, saya mencari kain pel dan menemukannya. Kainnya bagus, dan gagangnya juga kokoh. Akan tetapi, sejenak saya tercenung karena kain pel itu kotor sekali. Saya kucek-kucek di air bersih, air itu menjadi sangat hitam dan kotor. Pikir saya, kalau saya nekat memakai kain pel ini, alhasil, rumah kami yang sudah lumayan bersih karena sudah saya sapu akan menjadi kotor sekali. Akhirnya, kain pel itu saya bersihkan dengan menggunakan sabun. Setelah bersih, baru saya pakai untuk mengepel.

Pengalaman saya dengan kain pel itu membuat saya berpikir tentang diri saya. “Kalau saya kotor, bagaimana mungkin Allah Yang Kudus itu memakai saya?” “Kalau saya kotor, maka nanti saya akan mengotori pekerjaan-Nya yang kudus.” Kemudian, saya teringat akan kisah tokoh-tokoh di Alkitab. Allah terlebih dahulu membersihkan mereka sebelum Ia memakai mereka. Proses pembersihan sudah pasti tidak enak. “Direndam dengan sabun, direndam dengan air panas, digiling di mesin cuci, dikucek-kucek, diperas, disikat,” dan sebagainya.

Sebelum Paulus dipakai Allah untuk melayani-Nya dan umat-Nya, Paulus bernama Saulus. Ia ada di lokasi di mana Stefanus dilepari hingga mati. Ia pun setuju Stefanus dibunuh. (Kisah Para Rasul 7:54- Kisah Para Rasul 8:1a). Hati Saulus berkobar-kobar untuk mengancam dan membunuh murid-murid Yesus. Bahkan, Saulus menghadap Imam Besar dan meminta surat kuasa dari Imam Besar untuk dibawa kepada majelis-majelis Yahudi di Damsyik, supaya jika ia menemukan laki-laki atau perempuan yang mengikuti Jalan Tuhan, ia menangkap mereka dan membawa mereka ke Yerusalen.

Dalam perjalanan Saulus ke Damsyik, tiba-tiba cahaya dari langit memancar mengelilinginya. Ia rebah ke tanah dan mendengar suara yang berkata kepadanya, “Saulus, Saulus, mengapa engkau menganiaya Aku?” Jawab Saulus, “Siapakah Engkau, Tuhan?” Kata-Nya, “Akulah Yesus yang kau aniaya. Tetapi bangunlah dan masuklah ke dalam kota, di sana akan dikatakan kepadamu apa yang harus kau perbuat.”  Teman-teman seperjalanan Saulus berdiri tertegun. Mereka mendengar suara itu, tetapi tidak melihat seorang pun. Saulus bangun dari tanah, tetapi waktu ia membuka matanya, ia tidak dapat melihat apa-apa, lalu mereka menuntunnya masuk ke Damsyik.

Tiga hari lamanya Saulus tidak dapat melihat dan selama itu ia tidak makan dan minum. Di Damsyik ada seorang murid Tuhan bernama Ananias. Tuhan berfirman kepadanya dalam suatu penglihatan: “Ananias!” Jawabnya: “Ini aku, Tuhan.” Firman Tuhan kepadanya: “Bangunlah dan pergilah ke jalan yang bernama Jalan Lurus, dan carilah di rumah Yudas seorang dari Tarsus yang bernama Saulus. Ia sedang berdoa, dan dalam suatu penglihatan, ia melihat seorang yang bernama Ananias masuk dan meletakkan tangannya ke atasnya, supaya ia dapat melihat lagi.” Jawab Ananias: “Tuhan, banyak orang telah memberitahukan kepadaku tentang orang ini, betapa banyak kejahatan yang dilakukannya terhadap orang-orang kudus-Mu di Yerusalem. Bahkan di sini ia memiliki kuasa dari imam-imam kepala untuk menangkap semua orang yang berseru kepada nama-Mu.” Tetapi firman Tuhan kepadanya: “Pergilah, sebab orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku kepada bangsa-bangsa lain, raja-raja, dan orang-orang Israel. Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.” Maka pergilah Ananias ke rumah itu. Ia meletakkan tangannya ke atas Saulus dan berkata, “Saulus, saudaraku, Tuhan Yesus yang telah menampakkan diri kepadamu di jalan yang engkau lalui, telah mengutus aku, supaya engkau dapat melihat lagi dan penuh dengan Roh Kudus.” Seketika itu juga, seolah-olah selaput gugur dari matanya, sehingga ia dapat melihat lagi. Ia bangun, lalu dibaptis. Dan setelah makan, pulihlah kekuatannya.

Demikianlah Allah membersihkan Saulus terlebih dahulu sebelum Ia memakai-Nya. Jika kita mau dipakai oleh Tuhan sebagai alat-Nya, maka kita harus bersedia terlebih dahulu dibersihkan-Nya. (SRP)