ALKITAB REFERENSI PERTAMA DAN UTAMA DALAM PEMBELAJARAN SEKOLAH MINGGU

Bagikan:

Oleh: Susi Rio Panjaitan

Sebagaimana halnya dengan anak-anak yang berada di luar Sekolah Minggu, anak-anak Sekolah Minggu juga sedang dalam proses pertumbuhan dan perkembangan dalam semua aspek. Mereka memiliki rasa ingin tahu yang sangat tinggi, suka bertanya, cenderung kritis, rentang konsentrasinya tidak terlalu panjang, dan ekspresif. Karena mereka lahir di era digital dan artificial intelligence (AI), maka teknologi digital bukan hal yang asing untuk mereka. Mereka di sebut sebagai digital native karena sejak lahir mereka sudah akrab dengan teknologi. Dengan demikian, mereka memiliki kemudahan dan kecakapan dalam mengakses informasi apa pun. Hal ini sangat memengaruhi cara mereka berpikir, bersikap dan berperilaku. Itulah sebabnya, dalam melayani atau mengajar anak-anak Sekolah Minggu, guru-guru Sekolah Minggu harus memiliki daya kreatifitas yang baik agar pembelajaran di Sekolah Minggu menyenangkan bagi anak-anak dan efektif. Dengan demikian, tujuan pembelajaran di kelas Sekolah Minggu dapat tercapai.

Meskipun pembelajaran di Sekolah Minggu memiliki perbedaan yang signifikan dengan pembelajaran di sekolah regular, akan tetapi, pembelajaran di Sekolah Minggu harus disusun secara sistematis dan dimuat dalam kurikulum dan silabus.  Dengan demikian, pembelajaran di Sekolah Minggu menjadi terarah, teratur dan memiliki tujuan yang jelas. Tujuan utama pembelajaran di Sekolah Minggu adalah membawa anak-anak kepada Tuhan Yesus Kristus sehingga mereka memiliki pengenalan, pengalaman, dan hubungan pribadi dengan Tuhan Yesus Kristus. Anak-anak bertumbuh dalam iman kepada Tuhan Yesus Kristus dan menjadi Kristen yang sejati. Mereka juga mampu memahami panggilan Tuhan atas mereka, dan mau merespon panggilan tersebut dengan sukacita. Hidup mereka menjadi seperti apa yang Tuhan kehendaki.

Agar anak-anak yang berada dalam setiap fase perkembangan dapat memahami dan menikmati pembelajaran di Sekolah Minggu, maka pembelajaran Sekolah Minggu harus dibuat menarik dan efektif untuk setiap kelompok usia anak. Berbagai komponen pembelajaran seperti bernyanyi, berdoa, menyampaikan firman Tuhan (kotbah atau bercerita), aktivitas, dan lain-lain, perlu disesuaikan dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Hal ini memang tidak mudah karena memerlukan pemahaman yang baik tentang psikologi dan perkembangan anak serta daya kreatifitas yang baik. Selain itu, yang sangat penting adalah, dalam semua yang dilakukan di kelas Sekolah Minggu tidak boleh ada yang melenceng dari firman Tuhan yang tertulis di Alkitab. Alkitab adalah referensi pertama dan utama dalam pembelajaran Sekolah Minggu. Jadi, walaupun harus kreatif dan inovatif, guru Sekolah Minggu perlu berhati-hati dan selektif dalam memilah dan memilih apa pun yang akan disajikan dan diajarkan kepada anak-anak Sekolah Minggu.

Berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan:

Nyanyian

Dalam ibadah, bernyanyi bukan sekedar melafalkan kata-kata tertentu dengan irama dan nada tertentu, tetapi merupakan ekspresi hati. Melalui nyanyian kita memuji, mengagungkan dan menyembah Tuhan, dan menaikkan doa dan pengharapan kepada Tuhan. Melalui nyanyian kita juga dapat menguatkan sesama dan mengajak mereka untuk datang kepada Tuhan dan memuji Tuhan. Kita bernyanyi untuk Tuhan. Dalam Mazmur 96:1-2 tertulis: “Nyanyikanlah nyanyian baru bagi TUHAN, menyanyilah bagi TUHAN, hai segenap bumi! Menyanyilah bagi TUHAN, pujilah ama-Nya, kabarkanlah keselamatan yang dari pada-Nya dari hari ke hari.” Oleh karena itu, bernyanyi dalam konteks ibadah dan pembelajaran Sekolah Minggu tidak boleh sembarangan. Guru Sekolah Minggu harus selektif memilih lagu-lagu yang akan diajarkan kepada anak-anak atau dibawakan di ibadah Sekolah Minggu. Harus dipastikan bahwa setiap kata-kata yang menjadi lirik dalam nyanyian itu benar adanya. Artinya, tidak bertentangan dengan firman Tuhan. Ada banyak lagu yang terdengar merdu, enak dinyanyikan di kelas-kelas Sekolah Minggu, tetapi isinya bukanlah kebenaran. Sedapat mungkin, cari tahu siapa komposer lagu tersebut dan apa latar belakang penulisan lagu tersebut. Dengan mengetahui siapa yang menciptakan sebuah lagu dan apa yang menjadi latar belakang terciptanya lagu tersebut, dapat memperdalam penghayatan anak ketika bernyanyi.

Doa

Doa adalah media komunikasi manusia kepada TUHAN. Dengan berdoa kita berbicara kepada Tuhan dan menyampaikan apa pun kepada-Nya. Kita dapat menyampai semua isi hati, pikiran, keinginan, keluhan, permohonan, pengharapan, bahkan hal-hal yang menakutkan dan tidak kita inginkan. Sebagaimana layaknya anak berbicara atau bercakap-cakap dengan orang tua yang sangat mengasihinya, demikian juga ketika kita berdoa. Orang tua yang bijaksana dan mengasihi anak-anaknya pasti tahu apa yang terbaik untuk anak-anaknya dan pasti memberi yang terbaik untuk anak-anaknya, apalagi Bapa kita di sorga. Dalam Matius 7:9-11 tertulis: “Adakah seorang dari padamu yang memberi batu kepada anaknya, jika ia meminta roti, atau memberi ular, jika ia meminta ikan? Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di sorga! Ia akan memberikan yang baik kepada mereka yang meminta kepada-Nya.”  Apa yang tertulis dalam Matius 7:9-11 sudah sangat jelas dan itu cukup bagi kita yang sungguh-sungguh percaya kepadanya. Jadi, berdoa bukanlah upaya memanipulasi dan memaksa Allah untuk mengikuti apa keinginan kita. Sebaliknya, berdoa adalah tanda kita percaya, berserah dan taat kepada-Nya. Guru Sekolah Minggu harus berdoa dan melatih anak-anak Sekolah Minggu untuk berdoa seperti Tuhan Yesus Kristus berdoa. Dalam doa-Nya Yesus berkata: “Ya Bapa-Ku, jikalau Engkau mau, ambillah cawan ini dari pada-Ku, tetapi bukanlah kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mulah yang terjadi.” – Lukas 22:42.

Video

Video kerap kali dipakai sebagai media pembelajaran termasuk di Sekolah Minggu. Audio dan visualisasi yang menarik dalam video dapat membuat anak-anak tertarik dan senang. Dengan menonton video anak cenderung lebih mudah memahami. Akan tetapi, guru Sekolah Minggu harus berhati-hati dalam memilih dan menyajikan video kepada anak-anak Sekolah Minggu. Pastikan semua yang tersaji melalui video benar adanya! Jangan sampai ada fiksi atau ajaran-ajaran tertentu yang tidak sesuai dengan isi Alkitab karena akan mengaburkan kebenaran firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab! Jangan sampai, alih-alih membuat anak-anak senang dan  lebih mudah memahami firman Tuhan, malah  membuat anak menjadi bingung, mengkritisi dan meragukan kebenaran firman Tuhan.

Alat Peraga atau Media Pembelajaran

Menggunakan alat peraga atau media pembelajaran adalah baik dan penting dalam pembelajaran Sekolah Minggu. Alat peraga atau media pembelajaran yang tepat dapat membuat anak menaruh minat, bersemangat, dan antusias dalam proses pembelajaran, serta dapat membuat mereka lebih mudah mengingat dan memahami apa yang diajarkan. Akan tetapi alat peraga atau media pembelajaran haruslah tepat. Jangan menggunakan gambar Yesus yang tidak sesuai dengan budaya Yahudi atau menggambarkan malaikat sebagai makhluk kecil bersayap seperti peri, tidak boleh menggunakan simbol atau gambar yang berkaitan dengan kepercayaan lain yang bertentangan dengan kekristenan, jangan menggunakan benda-benda yang berhubungan dengan takhayul atau ramalan, jangan menampilkan gambar yang terlalu berdarah-darah dalam kisah penyaliban Yesus, tidak boleh menggunakan boneka yang tidak sopan saat menggambarkan seorang nabi atau rasul, dan tidak boleh menggunakan karakter kartun yang terlalu dominan sehingga anak lebih ingat karakter tersebut daripada pesan Alkitab!

Aktivitas Pembelajaran

Melakukan aktivitas tertentu dalam pembelajaran Sekolah Minggu adalah baik dan penting. Selain dapat menyenangkan, aktivitas dapat membuat anak lebih mudah mengingat dan memahami materi pembelajaran. Akan tetapi, semenarik apa pun suatu aktivitas, jika aktivitas itu tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan, maka aktivitas itu tidak boleh digunakan dalam pembelajaran Sekolah Minggu. Misalnya: memainkan permainan yang mengejek atau mempermainkan tokoh Alkitab; menggunakan humor yang merendahkan tokoh Alkitab; aktivitas yang terlalu fokus pada hadiah atau kompetisi sehingga anak lebih mementingkan menang daripada belajar firman Tuhan; menggunakan lagu sekuler tanpa pesan rohani; permainan yang melibatkan gerakan atau pakaian yang tidak pantas; atau terlalu banyak permainan tanpa memberikan pengajaran firman Tuhan yang jelas, sehingga anak hanya ingat keseruannya tetapi tidak belajar tentang Tuhan.

Ilustrasi

Untuk memudahkan anak memahami suatu konsep, ada kalanya perlu menggunakan ilustrasi. Akan tetapi, ilustrasi tersebut tidak boleh bertentangan dengan firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Misalnya: jika berbohong hidung menjadi panjang seperti Pinokio; Allah itu seperti pesulap yang bisa membuat apa saja terjadi dalam sekejap; menggunakan karakter kartun sekuler (misalnya superhero) untuk menggambarkan kekuatan Tuhan.

Analogi

Analogi adalah melakukan perbandingan atas dua hal yang berbeda untuk memudahkan orang memahami sesuatu. Dalam menjelaskan firman Tuhan, ada kalanya guru Sekolah Minggu perlu menggunakan analogi. Akan tetapi, analogi tersebut tidak boleh bertentangan dengan kebenaran firman Tuhan. Contoh analogi yang tidak benar: menyamakan masuk surga seperti mendaki gunung, yang dengan berusaha cukup keras, maka pasti sampai di puncak (surga); Allah seperti mesin ATM, kalau kita berdoa, Ia pasti langsung memberikan apa yang kita inginkan; dan, Yesus itu seperti superhero yang punya kekuatan super.

Paulus berkata kepada Timotius: “Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakukan, dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” – (2 Timotius 3:16). Dalam Matius 5:18 tertulis: “Karena Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya selama belum lenyap langit dan bumi ini, satu iota atau satu titik pun tidak akan ditiadakan dari hukum Taurat, sebelum semuanya terjadi.” Yesus menegaskan: “Langit dan bumi akan belalu tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu.” – (Matius 24:35). Jadi jelas, pengajaran di Sekolah Minggu harus berdasarkan firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Kepada jemaat di Galatia Paulus berkata: “Tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia.” – (Galatia 1:8). Selain itu, Yesus berkata: “Tetapi barangsiapa menyesatkan salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya kepada-Ku, lebih baik baginya jika sebuah batu kilangan diikatkan pada lehernya lalu ia ditenggelamkan ke dalam laut.” – (Matius 18:6). Dengan mengacu pada apa yang tertulis dalam Galatia 1:8 dan Matius 18:6, kita dapat melihat bahwa firman Tuhan tidak boleh ditiadakan atau ditambah-tambahin, serta ada konsekuensi serius bagi orang yang menyesatkan anak, yang mengajar anak-anak  tidak sesuai dengan kebenaran firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab. Jadi, pengajaaran Sekolah Minggu harus menjadikan Alkitab sebagai referensi pertama dan utama. Sumber lain seperti buku, ensiklopedia, kamus, peta, video, pendapat tokoh, kotbah pendeta,  dan lain-lain hanya sebagai referensi pendukung. (SRP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *