TUHAN, AKU MAU MATI

Bagikan:

Bacaan: 1 Raja-raja 19:1-8

 

“TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.”  – Mazmur 34:19

 

Waktu itu, nabi Elia baru saja mendemonstrasikan kekuasaan Allah yang maha besar di gunung Karmel, melalui korban bakaran dan membunuh nabi-nabi Baal. Apa yang dilakukan nabi Elia terhadap nabi-nabi Baal itu disampaikan oleh Ahab kepada Izebel. Lalu, melalui orang suruhannya, berkatalah Izebel kepada nabi Elia: “Beginilah para allah menghukum aku, bahkan lebih lagi dari pada itu, jika besok kira-kira pada waktu ini aku tidak membuat nyawamu sama seperti nyawa salah seorang dari mereka itu.”  Mendengar itu, nabi Elia menjadi takut dan pergi menyelamatkan nyawanya. Setelah sampai di Bersyeba, ia meinggalkan bujangnya di situ. Seorang diri ia masuk ke padang gurun, sehari perjalanan jauhnya. Ia duduk  di bawah sebuah pohon arar. Ia ingin mati, dan berkata: “Cukuplah itu! Sekarang, ya TUHAN, ambillah nyawaku, sebab aku ini tidak lebih dari pada nenek moyangku.”

Ancaman Izebel membuat nabi Elia menjadi ketakutan sehinga ia lari menyelamatkan nyawanya. Dalam pelarian tersebut, nabi Elia merasa frustasi dan depresi, sehingga ingin mati saja, dan meminta TUHAN untuk mengambil nyawanya. Apa yang dialami nabi Elia, juga dialami oleh banyak orang di antara kita saat ini. Masalah, sakit penyakit, beban hidup, kesedihan, kekecewaan dan ancaman dapat membuat orang merasa kelelahan, takut, tertekan, depresi dan ingin mati. Akan tetapi, apakah mati adalah solusi? Apakah itu yang dihendaki TUHAN untuk kita?

Setelah nabi Elia ingin mati dan meminta TUHAN untuk mengambil nyawanya, ia berbaring dan tidur di bawah pohon arar itu. Tiba-tiba seorang malaikat membangunnya dan menyuruhnya makan. Nabi Elia bangun dan melihat di sebelah kepalanya ada roti bakar dan sebuah kendi berisi air. Ia makan dan minum, lalu berbaring. Akan tetapi, malaikat TUHAN datang untuk kedua kalinya dan berkata: “Bangunlah, makanlah! Sebab kalau tidak, perjalananmu nanti terlalu jauh bagimu.”   Nabi Elia menurut. Ia bangun, makan dan minum. Oleh kekuatan makanan itu, nabi Elia sanggup berjalan empat puluh malam lamanya sampai ke gunung Allah, yakni gunung Horeb.

Dari nabi Elia kita belajar bahwa, ketika kita takut, lelah, tertekan dan depresi, sehingga rasanya ingin mati saja, maka yang perlu kita lakukan adalah datang pada TUHAN, bicara pada TUHAN. Ceritakan semuanya pada TUHAN, termasuk rasa ingin mati. “TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.” (Mazmur 34:19). TUHAN mau dan mampu menolong kita yang tertekan, takut, dan depresi. Sebagaimana halnya nabi Elia yang menjadi kuat setelah makan dan minum, dalam kondisi patah hati dan remuk jiwa, kita juga harus makan dan minum. Tidak hanya makan dan minum untuk tubuh jasmani, tetapi juga untuk tubuh rohani kita.  Dengan demikian, kita akan segar dan kuat kembali, sehingga kita mampu melanjutkan perjalanan hidup. (SRP)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *